KAMI TETAP SAHABAT (cerpen)
“Huh ! sekolah baru !” gerutu Velia dalam hati.
Velia adalah anak seorang pengusaha besar. Dia juga anak tunggal dalam keluarganya. Maka tak heran dia selalu dimanja kedua orang tuanya.
“Velia.. hari ini sekolah baru loh ! sudah siap ?” tanya Mamanya.
“Belum siap mental Ma ! Velia gak mau kayak kejadian waktu SMP lagi.” Kata Velia sambil duduk dimeja makan dan menopang dagu dengan raut muka cemberut.
“Ayolah.. itukan waktu SMP.. siapa tahu Velia dapat teman yang lebih pengertian dan gak milih-milih.” Kata Mamanya memastikan.
“Ma, nanti pasti mereka mau bersahabat dengan Velia hanya gara-gara Velia anak seorang pengusaha. Kenapa Velia gak jadi anak biasa sih ?” Kata Velia memberikan alasan.
“Hei ! Kamu seharusnya bersyukur Velia ! masih banyak yang gak mampu diluar sana.” Jelas Mamanya. Velia menatap Mamanya.
“Ok Ma ! Velia coba untuk beradaptasi, tapi Velia harap gak ada yang milih-milih teman kayak waktu SMP dulu. Tapi kalau masih ada, Velia minta HS saja Ma !” kata Velia.
“Ya sudah, sekarang kamu siap-siap. Sebentar lagi jam 7, nanti kamu telat.” Kata Mamanya meninggalkan Velia untuk memanaskan mesin mobil.
“Iya Ma.” Kata Velia sambil mengambil tasnya dan memasang sepatu.
Beberapa menit kemudian…
“Siap ?” tanya Mama Velia dari dalam mobil kembali.
“Huh, siap deh.” Kata Velia sambil membuka pintu mobil.
Didalam mobil Velia hanya diam sambil memainkan jari-jarinya.
“Velia.. Kamu baik-baik sajakan ?” tanya Mama Velia sambil menyetir.
“Hah ? Baik kok Ma.” Kata Velia terkejut.
“Santai saja ya sayang.. coba untuk beradaptasi dulu nanti.” Kata Mamanya memberi saran. Velia hanya mengangguk.
20 menit kemudian, Velia sampai di sekolah barunya. Rata-rata murid baru disana sudah mendapatkan teman untuk ngobrol, sementara Velia hanya diam dan menunggu seseorang datang dan mengucapkan “Hai, kenalan yuk.” Dan berharap seseorang yang mengucapkan itu tidak melihat dari kaya atau miskinnya Velia.. Tak harus lama berharap, seseorangnya datang dan mengucapkan hal yang lumayan sama dengan harapannya..
“Hai, boleh kenalan ? kok sendirian ? gabung dengan kami yuk !” kata orang itu sambil menunjuk temannya yang sibuk mengobrol dan memainkan handphonenya.
“Eh, hai juga. Nama aku Velia, salam kenal. Bolehkah ?” kata Velia gugup.
“Kenalin, nama aku Avril. Bolehlah, kami lagi cari teman juga kok.” Kata Avril sambil menarik tangan Velia kekerumunan orang yang ditunjuk Avril tadi.
Velia pun berbaur bersama mereka. Dan disana ada 1 orang cewek dan ada 2 cowok.
“Teman-teman ! kita dapat teman baru nih..” kata Avril sambil tersenyum.
“Hai..” kata Velia lembut.
“Hai..!” yang lain membalas.
“Namanya Velia. Ayo kenalan !” kata Avril.
“Namaku Velia, senang berkenalan dengan kalian. Semoga kita bisa jadi sahabat ya..” kat Velia sambil tersenyum.
“Hallo Velia, namaku Kiki..” kata seorang yang memakai kacamata.
“Namaku Dimas..” kata seorang yang mempunyai rambut hampir mirip Justin Bieber.
“Dan namaku Cilla..” kata seorang yang lebih tinggi dari Avril dan Velia.
“Hallo Kiki.. Hallo Dimas.. dan Hallo Cilla..” kata Velia sambil menjabat tangan mereka masing-masing.
“Dari SMP mana ?” tanya Cilla memulai percakapan.
“SMP 3. Hehe” jawab Velia nyegir.
“Oh SMP 3.. Kalau gitu kenal Abram ?” tanya Cilla.
Velia tersentak mendengar nama Abram ! Abram adalah salah satu dari temannya yang memanfaatkan Velia hanya karena Velia seorang anak yang kaya. Velia mulai gak karuan setelah mendengar nama Abram.
“Gimana kalau mereka ini sama sifatnya dengan Abram ? atau Abram memberitahukan mereka tentang siapa sebenarnya aku ?” fikir Velia dalam hati sambil mengacak-ngacak rambutnya yang lurus.
“Hei ! kok diam ?” kejut Cilla.
“Eh, iya aku kenal kok sama Abram. Emang kenapa dia ?” tanya Velia basa-basi.
“Haha, gak kok, Cilla Cuma nanya aja.” Kata Cilla tersenyum.
“Cill, Abram yang kemarin kita ketemu dijalan itukan ?” tanya Dimas penasaran.
“Iya !” jawab Cilla singkat.
“Kiki tumben gak banyak omongnya ? haha..” ledek Avril.
“Mau ngomong apa coba ?” kata Kiki.
“Apadeh yang pengen ditanyakan ? gitu aja kok repot ??” jawab Avril.
“Vril ! Kiki jatuh cinta pada pandangan yang pertama kali nih sama Velia ? hayo hayoo..” ledek Cilla.
“Ecieee Kiki !! hahahaha.” Avril tertawa mendengar perkataan Cilla.
“Wah ! mulai ngaco nih !” gerutu Kiki.
“Nyanteelah Ki.. hahahaha !” tawa Dimas.
“Eh, jangan ikutan deh DIMAS !” kata Kiki mulai emosi.
Mereka tidak menyadari kalau wajah Velia mulai memerah karena ledekan tersebut.
“Aku ke toilet dulu ya ? permisi..” kata Velia berlari meninggalkan mereka.
Setelah Velia menuju toilet..
“Wah, Velia marah apa kita ledek gitu ?” tanya Cilla was-was.
“Tau deh ! siapa suruh !” kata Kiki.
“Wah, ikutan nih marahnya sama Velia ! cocok..” kata Cilla kembali meledek.
“Terserah deh Cilla. Masa bodoh !” kata Kiki duduk disalah satu tangga.
“Eh eh ! ini kok jadi ribut ?” kata Dimas.
“Gak suka akunya Dim digituin.” Kata Kiki.
“Cill, udahlah..” kata Dimas menyudahi.
“Oklah.. lagi pula akukan Cuma bercanda.. Sorry ya Kiki” kata Cilla.
“Ok deh Cill, kali ini aku ma’afkan. Tapi pleaseee… lain kali jangan.. ok ?” kata Kiki.
“Sip !” kata Cilla sambil mengacungkan kedua jempolnya.
“Eh, Velia lama tuh.. Boring nunggunya.” Kata Avril.
“Jangan bilang dia nyasar deh..” duga Dimas.
“Jangan yang aneh-aneh !” kata Avril.
5 menit kemudian..
“Sorry ya aku lama !” kata Velia ngos-ngosan.
“Eh, iya gak apa-apa kok.. tapi kok kamu ngos-ngosan kayak gitu Velia ?” tanya Avril bingung.
“Emm, lupakan deh !” kata Velia gugup.
“kok jadi aneh gini ?” tanya Avril.
“Iya nih, aneh..” terus Cilla.
“Tadi aku cari-cari toiletnya..hehe” kata Velia polos dengan wajah yang mulai memerah.
“Haha ! toilet dekat kok. Nyasarkan ? benar dong dugaan aku !” celetuk Dimas.
“Hehe, iya..” kata Velia malu.
“Eh, kita ngapain deh ke sekolah hanya duduk gini doang.. ada yang mau diumumin apa ?” kata Kiki.
“Tahu deh.. apa kita pulang saja ?” tanya Cilla.
“Eh ! ini baru awal masuk sekolah ! fikiran kalian udah mulai gak bagus.. gimana mau sukses coba ?” tukas Avril yang berfikir sok dewasa.
“Iya bundoooooooo…..” ledek Kiki dan Cilla.
“Eh, Velia rumahnya dimana ?” tanya Dimas.
“Emm, benar ! dimana rumahnya ?” celetuk Kiki.
“Ciee.. benarkan Kiki suka Velia ! hahaha” tawa Cilla.
“Astaga Cill ! udah sabar nih ya.. tadi udah minta ma’af tapi jangan ulang lagi deh. Kalau rumah Velia dekatkan kita bisa main-main dirumahnya. Otak !” jelas Kiki panjang lebar.
“Iya Kiki Pramudya Pratama..!” kata Cilla. Velia terkejut mendengar nama panjang Kiki.
“Kiki Pramudya Pratama ?” ulang Velia.
“Iya ? kenapa Vel ? kerenkan namaku ? hahaha” kata Kiki penuh percaya diri.
“Aku pernah dengar namanya. Tapi aku lupa.” jawab Velia sambil mengingat sesuatu.
“Nama dia mah pasaran Vel !” ledek Dimas.
“Wo ! biar pasaran yang penting keren ?” kata Kiki.
“Mual dengarnya !” kata Avril, Cilla, dan Dimas serempak.
“Jangan mual disini ya.. disana tuh !” kata Kiki menunjuk sudut sekolah.
“Njehh..” kata Avril, Cilla, dan Dimas.
“Ah ! aku ingat ! TKnya dimana ?” celetuk Velia tiba-tiba.
“TK Dewi Sartika.” Jawab Kiki bingung.
“Tuhkan benar ! kamu ingat gak sama aku ? Velia Angela Queensha ?” tanya Velia sambil menyebutkan nama panjangnya.
“Tunggu ! aku ingat-ingat dulu. Soalnya udah mulai lupa.. hehe” kata Kiki sambil mengingat nama tersebut.
“Bagus Vel namamu.. aku suka..” kata Cilla tersenyum.
“Makasih ya Cill..” kata Velia sambil balas tersenyum.
“Iya.” Kata Cilla.
“Velia ! kamu yang sering aku ganggu dulu itukan ?” kata Kiki mulai ingat.
“Iya ! gak sangka bisa ketemu di SMA.. hahaha” kata Velia tertawa.
“Haahhaha, iya.. masih ingat aja kamu waktu jaman TK.. cckckckkck.. Salut deh !” kata Kiki.
“Hahaha, iya..” kata Velia tersenyum.
Tiba-tiba..
“Eh ! kita disuruh ngumpul dilapangan tuh ! ayoo..” kata Avril mengajak.
Saat berkumpul dilapangan, ternyata pengumumannya tentang pembagian kelas.. dan tak disangka Velia, Avril, Cilla, Dimas, dan Kiki mendapat kelas yang sama. Ntah mengapa Velia begitu senang, tak seperti biasanya.. saat berkenalan dengan mereka dan ngobrol dengan mereka, Velia bisa bebas berbicara dan tertawa lepas.
3 bulan kemudian..
Tak terasa sudah 3 bulan di SMA. Velia sekarang menjadi seorang remaja yang bisa bergaul dengan siapa saja. Tidak seperti dulu yang kurang pergaulan. Dan hubungan persahabatan antara Velia, Avril, Cilla, Kiki, dan Dimas semakin erat. Velia merasa bangga karena mempunyai sahabat yang super peduli, super kompak, super baik. Setiap hari mereka mengobrol bersama disudut kelas, mereka juga selalu pergi ke kantin bersama-sama.
Di kantin..
“Kak, pesan nasi goreng sama teh es ya.” Kata Velia tersenyum sambil duduk, “Kalian pesan apa ?”
“Sama deh Vel.” Kata yang lain.
“Kak, nasi goreng 5, teh esnya juga 5 ya.” Kata Velia kembali.
“Ok.” Kata Kakak-kakak yang bekerja disalah satu kantin.
“Eh, Abram nelfon nih. Angkat dulu ya..” kata Cilla, “Hallo Bram !”
“Woi Cill ! apa kabarmu ? dasar sombong !” kata Abram diseberang telfon.
“Weh, enak aja ! yang sombong itu kamu !” kata Cilla gak mau kalah.
“Aku itu orangnya gak sombong Cillaaaa..” kata Abram.
“Apa ? gak ? ckckckck, nyadar deh.” Kata Cilla kesal.
“Udah deh, jangan bicarakan sombong gak sombong. Siapa aja sobatmu disana ?” tanya Abram.
“Weh, ramai Bram.. hahahaha, eh ada anak yang dari SMP kamu juga lo !” kata Cilla.
“Siapa ?” tanya Abram.
“Velia.” Jawab Cilla.
“APA ? VELIA ?” kejut Abram.
“Kok kamu kayak gitu dengar nama Velia ?” tanya Cilla penasaran dan sambil melirik Velia yang menatap tajam Cilla.
“Oh, gak kok. Udah dulu ya. Bye !” tiiitt, suara dari seberang telfon terputus dan membuat Cilla tambah bingung juga penasaran.
“Velia, kamu dengan Abram kenapa ?” tanya Cilla bingung sekali.
“Aku ke kelas dulu ya !” kata Velia berlalu begitu saja.
“Vel ! Nasi gorengnya belum datang !” teriak Avril.
“Yah, itu anak kenapa lagi ?” tanya Kiki.
“Gak tahu Ki. Tadi Abram matikan telfon tiba-tiba, eh Velianya pergi. Gak aneh gitu ?” jelas Cilla.
“Apa sih hubungan Abram sama Velia ? sampe Velia kayak gitu ?” tanya Dimas bingung.
“Gak tahu tapi pasti ada yang disembunyikan dari kita !” duga Cilla.
“Nih nasi goreng sama teh esnya adek-adek.” Kata kakak kantin sambil membawa 5 piring nasi goreng dan 5 gelas teh es.
“Oh, makasih ya Kak.” Kata Avril sambil membantu meletakkan.
“Yah, gimana nih nasi goreng sama teh esnya Velia ?” tanya Kiki.
“Kita bagi-bagi aja deh.” Usul Dimas.
“Em, boleh tuh.” Kata Cilla sambil memulai memakan dan dilanjutkan yang lainnya.
5 menit kemudian..
“Kenyang sekali saya.” Kata Avril sambil mengelus-ngelus perutnya.
“Sama deh Vril.” Kata Dimas.
“Balik aja deh ke kelas.” Ajak Cilla.
“Yuk.” Kata Kiki setuju dan langsung menuju kelas.
Sesampainya di kelas..
“Kenapa tuh Velia ?” tunjuk Kiki kearah Velia yang sedang menulis di diary berwarna merah muda.
“Diary ? jangan-jangan dia nulis kejadian tadi nih !” duga-duga Cilla.
“Ah, jangan menduga dulu, kita tanya dulu kedia.” Kata Avril berjalan kearah Velia.
“Aku disini aja deh.” Kata Dimas sambil melihat teliti kearah Avril dan Velia.
“Vel..” kata Avril lembut.
“Vril, jangan ganggu aku dulu ya. Bilangkan yang lain juga ya.” Kata Velia sambil memasukkan diarynya kedalam tas warna abu-abunya.
“Tapi kenapa Vel ? aku jadi tambah bingung !” kata Avril.
“Vril, please tinggalkan aku dulu. Ok ?” kata Velia memaksa.
“Ok kalau itu buat kamu gak kayak gini lagi.” Kata Avril sambil berlari keluar kelas dan menemui Cilla, Kiki, dan Dimas.
“Gimana Vril ?” tanya Dimas penasaran.
“Dia lagi gak mau diganggu. Lebih baik kita turuti dulu semua kemauannya, biar kembali kekeadaan awalnya.” Kata Avril lesu.
“Aduh, gak ngerti deh kejadian kayak gini.” Kata Cilla sambil garuk-garuk kepala.
“Sama Cill !” kata Kiki.
“Bentar lagi pulang sekolah, dia pulang sama kita gak ya ?” tanya Dimas.
“Ahhh, pusing akunya !” kata Cilla.
“Udahlah Cill !” kata Kiki.
Teng teng teng..
Lonceng sekolah berbunyi 3 kali dan tandanya untuk pulang..
Velia mengemas-ngemas tasnya dan segera pulang.
“Velia !” panggil Kiki, tapi Velia tak mempedulikan panggilan itu dan jalan keluar sekolah dengan buru-buru.
“Velia kok gitu sih ?” tanya Dimas.
“Udahlah Dim, Ki.. lebih baik kita pulang. Yuk..” ajak Avril.
“Gak enak nih sama Velia.” Kata Cilla.
“Ini bukan salah kamu kali Cill.. mungkin Velia lagi pengen nenangkan dirinya.” Kata Avril.
“Semoga deh.” Kata Cilla.
Hari berikutnya, Velia sama saja seperti kemarin. Velia sama sekali gak mau mengobrol sama Avril, Cilla, Kiki dan Dimas bahkan tersenyum pun gak ada ! Banyak pertanyaan yang muncul di otak mereka, apalagi Cilla. Cilla merasa tak enak, apakah karena dia bertelfonan sama Abram ? dan banyak pertanyaan lainnya yang muncul.
“Vril, gak enak nih keadaan kayak gini.” Kata Cilla.
“Iya.” Kata Avril.
“Kayaknya kita musti cari cara gimana biar Velia kayak dulu lagi dan cari tahu mengapa Velia jadi kayak gitu.” Jelas Dimas panjang lebar.
“Gimana coba caranya ?” tanya Kiki.
“Mikir ah kamu Ki !” kata Cilla.
“Iya deh.” Kata Kiki.
“Gimana kalau nanti pas pulang sekolah kita ke rumahnya Velia ?” usul Avril.
“Hah ? ke rumah Velia ? ah, ngasal nih ! rumahnya aja kita gak tahu.” Kata Dimas.
“Iya nih Avril ngasal ! Velia aja belum pernah ngajak kita ke rumahnya.” Kata Kiki.
“Aduh ! kalian berdua bisanya komen terus. Coba deh fikir, kitakan bisa buntuti Velia waktu pulang sekolah, tapi kita musti siap-siap lebih awal. Buntutinya juga mudah, kan Velia pakai mobil tuh, jadi 80% gak ketahuan.” Jelas Avril panjang lebar.
“A ! idemu bagus Vril ! aku setuju banget nget nget !” kata Cilla.
“Ok, rencana ini kita jalankan nanti waktu pulang sekolah. Setuju ?” tanya Avril.
“SETUJU !” kata Cilla, Kiki dan Dimas kompak.
Saat pulang sekolah..
Avril, Cilla, Kiki dan Dimas sudah bersiap-siap untuk menjalankan rencanya yang telah disusun sematang mungkin. Velia pun keluar dari sekolah dan menuju mobilnya.
“Semuanya ! jalan !” kata Avril memimpin dan mereka ber4 membuntuti mobil Velia hingga sampai ke rumahnya.
“Wah, besar banget rumah Velia.. ckckckckk !” kata Kiki terkagum-kagum.
“Tampar aku !” perintah Dimas dan plakk ! dimas ditampar Kiki.
“Aww ! sakit Ki !” kata Dimas sambil mengelus-ngelus pipinya.
“Lah kamu yang suruh kok !” kata Kiki sambil menjulurkan lidah.
“Ahh, rumah Velia kayak istana difilm-film..” kata Dimas terpesona.
“Lebai woi !” kata Cilla.
“Hahahaha, gak apalah Cilla si Dimas lebai. Hahahah” kata Avril.
“Hahahhaha, turun derajat kamu Dim ! hahahahha” kata Kiki.
“Apa maksudnya ?” tanya Dimas ?
“Lah dulukan kamu ALAY Dim. Bersyukurlah sekarang turun derajatnya.. ahahahha” kata Kiki.
“Ki, jangan buat emosi deh.” Kata Dimas.
“Bercanda Dimassss..” kata Kiki.
“Eh, kita kesini bukan untuk ngerumpi ya.. masuk yuk !” kata Cilla.
“Yuk..” kata Avril, Kiki dan Dimas.
Bel pun dibunyikan ‘TINGTONG’ , pintu besar pun terbuka.
“Cari siapa ya adik-adik ?” tanya seorang Ibu-ibu.
“Em, kami cari Velia tante. Velianya ada tante ?” tanya Cilla.
“Oh, kalian temannya Velia ya ?” tanya Ibu-ibu tersebut.
“Iya tante.” Kata Cilla tersenyum.
“Saya mamanya Velia. Mari masuk dulu.” Ajak Mama Velia.
“Terima kasih tante.” Kata Cilla dan mereka pun masuk.
“Em, Velianya mana ya tante ?” Tanya Kiki.
“Velia ada di rumah pohonnya. Sudah 2 hari ini dia menghabiskan waktunya di rumah pohon tersebut. Dia juga membawa keyboard kecilnya. Sepertinya dia sedang sedih.” Kata Mama elia.
“Kok tante tahu Velia sedang sedih ?” tanya Avril.
“Kalau dia sedang sedih, biasanya dia memang membawa keyboard kesana dan memainkan lagu-lagu yang sedih. Kalau dia sedang senang, biasanya dia membawa buah-buahan dan sebuah buku untuk dibaca. Jadi tante tahu sekali sekarang Velia sedang sedih.” Jelas Mama Velia panjang lebar.
“Tante tahu gak Velia sedang sedih gara-gara apa ?” tanya Dimas.
“Tante kurang tahu tuh, soalnya kalau Velia ditanya kenapa sedih, dia selalu gak mau jawab.” Kata Mama Velia.
“Kami boleh ke rumah pohonnya Velia tante ?” tanya Avril.
“Boleh. Lurus saja ya, nanti ada pintu keluar dan lihat saja pohon disudut taman. Tante gak bisa menemankan kalian ya. Tante mau pergi dulu sebentar.” Kata Mama Velia.
“Oh, gak apa kok tante. Terima kasih lagi ya Tante.” Kata Cilla.
“Sama-sama. Tante pergi dulu ya.” Kata Mama Velia dan berlalu.
“Iya tante.” Kata Cilla dan mereka pun menuju tempat yang telah ditunjukan oleh Mamanya Velia.
“Itu ya ?” tanya Dimas sambil menunjuk salah satu pohon.
“Iya kali, kita coba aja kesana.” Kata Kiki.
Sesampainya di rumah pohon Velia mereka mendengar lantunan lagu sedih dari atas rumah pohon tersebut. Pasti Velia yang memainkannya !
“Velia.. Velia..” panggil Avril, Kiki dan Dimas.
“Vel, ini kami.. kami mau ngomong boleh ?” tanya Cilla. Velia pun keluar dari rumah pohonnya dan melongo melihat kebawah.
“Vel !” kata Kiki. Tapi kemudian Velia masuk kembali ke dalam rumah pohonnya dan kembali lagi dengan seonggok kertas dan kemudian Velia melemparnya kebawah. Dimas pun cepat-cepat mengambil kertas tersebut dan membaca isinya :
Kalian ngapain kesini ? tapi kalau kalian ada urusan penting denganku, kalian boleh naik !
Dan mereka pun naik keatas melalui sebuah tangga kayu yang menempel dibatang pohon. Akhirnya mereka sampai diatas dan mendapati Velia sedang memainkan sebuah lagu yang menurut mereka sangat sedih.
“Velia.. Kami mau ngomong penting sama kamu !” kata Avril.
“Ngomong apa ?” tanya Velia sambil memainkan keyboardnya.
“Hentikan dulu dong main keyboardnya !” kata Avril.
“Ok !” kata Velia dan mematikan keyboardnya.
“Kamu kenapa gak mau ngomong sama kami ?” tanya Avril.
“Kamu juga kenapa langsung pergi waktu Abram nelfon ?” tanya Cilla.
“Kamu juga kenapa tiba-tiba aneh gitu dengar nama Abram ?” tanya Dimas.
“Satu-satu dong pertanyaannya ! Velia bingung tuh mau jawab yang mana duluan !” kata Kiki.
“Gak apa kok Ki. Aku bisa jawab semuanya, karena jawabannya cuma satu !” kata Velia sambil berjalan kearah sebuah lemari kayu besar yang menempel ke dinding. Velia pun membukanya dan mereka pun terkejut dengan isinya.
“Velia, itu Abramkan ?” tanya Cilla.
“Kamu betul 100% Cill ! aku buat ini semua karena aku sangat membenci dia !” kata Velia berapi-api.
“Benci ? kenapa ?” tanya Kiki.
“Dia adalah sahabat yang AKU FIKIR TERBAIK saat aku SMP ! tapi, lama kelamaan aku merasa dia memanfaatkan aku karena aku kaya. Aku gak suka orang seperti itu ! Ini semua aku bukti betapa gak sukanya aku sama dia. Aku mengumpulkan semua fotonya dan aku membuat gambar untuk mencoret-coret wajahnya. Bahkan jujur aku sempat suka sama dia ! ini foto pertama yang aku dapat dan aku kasih tanda hati. Cuma foto ini yang gak aku coret-coret.” Jelas Velia panjang lebar.
“Tapi kenapa kemarin kamu seperti itu Vel ?” tanya Avril.
“Aku kira kalian bersekongkol sama Abram. Makanya aku menatap tajam saat Cilla mendapat telfon dari Abram. Tapi aku sekarang tahu kalau kalian adalah sahabat paling terbaik dihidupku. Karena kalian aku jadi bisa bergaul kembali.” Kata Velia sambil memeluk 4 sekawan.
“Velia ! kamu buat kami ketakutan, takut kami salah sama kamu !” kata Dimas.
“Sorry ya..” kata Velia.
“Iya Velia.. jangan gitu lagi ya..” kata Cilla.
“Iya.. eh, kalian tunggu sebentar ya.. aku turun sebentar.” Kata Velia dan berlalu, tak lama kemudian.
“Taraaaa, nih ada buah anggur.. dimakan ya.. aku juga bawa buku-buku nih..” kata Velia menyodorkan kepada mereka.
“Hahahaha, terima kasih ya Velia..” kata Avril, Cilla, Kiki dan Dimas kompak.
Txs 4 reading :)
By : Yolandd
God Bless :*
NO COPAS PLEASE ;)
Selengkapnya...