Semua Orang Bisa Berubah ! (Cerpen)

Hallo, perkenalkan nama saya Angel. Mungkin kalian berfikir sifat saya secantik nama saya. Tapi itu dulu, sekarang semua berubah ! Saya tidak seceria dulu tapi saya telah menemukan jati diri saya lagi sejak saat itu…
“Mama, Papa, Angel pergi dulu. Doain ya !” Pamitku.
“Iya sayang, hati-hati ya. Jangan lupa berdoa.” Pesan Mamaku.
“Oke Ma.” Kataku lagi dan langsung pergi menuju bus sekolah yang sudah menungguku dari tadi.
Ya, saya saat itu pergi berwisata bersama kawan-kawan sekelas saya ke suatu tempat yang sangat saya harapkan tempat itu indah ! Akhir-akhir ini saya mengalami banyak masalah. Mulai dari keluarga, teman, sekolah bahkan dengan orang tua teman saya. Saya tidak tahu harus bagaimana, tapi saya berusaha tetap tersenyum didalam kepahitan hati saya. Tapi, lama-lama saya tidak sanggup untuk menyimpannya sendiri. Saya butuh seorang pendengar yang baik untuk semua masalah saya. Ditambah orang tersebut bisa memberikan saya solusi.
Saya ingin bercerita sedikit tentang masalah saya. Yang baru saya alami adalah kehilangan sahabat yang saya rasa sudah menjadi yang terbaik dihidup say sekarang. Kami berantem hanya karena masalah sepele dan bahkan jika saya ceritakan kepada anda, anda akan tertawa terbahak-bahak dan anda pikir ini semua hanya sebuah joke yang keluar dari bibir saya. Yang kedua mendapat permasalahan dengan orang tua teman saya. Yang ini masalahnya serius tapi bingung apa yang sedang terjadi. Saya tahu apa yang orang tua teman saya katakan kepada teman saya. BODOH, PENJERUMUS, TIDAK BAIK, atau segala macam yang buruk ditimpakan kepada saya. Tapi saya yakin, apa yang mereka katakana tentang saya itu bukan diri saya yang ASLI.
Masalah lainnya saya tidak dapat menceritakan karena saya anggap semuanya privacy. Dan semuanya menjadi baik saat kami tiba ditempat tujuan wisata kami. Dan benar saja, tempat ini SANGAT INDAH ! saya harap, saya dapat menenangkan diri saya disini. Walaupun hanya untuk beberapa saat.
“Indahnya !” Kataku.
“Iya, indah banget.” Timpal temanku satu-satunya, Yurika.
“Siap untuk bersenang-senang ?” Tanyaku bersemangat.
“Siap dong !” Kata Yurika sambil tersenyum. Dan kami pun pergi ke tempat kami menginap.
“Aku capek ini Rik. Istirahat dulu deh ya ?” Kataku sambil melemparkan diriku diatas sebuah kasur yang empuk.
“Ehhh, gak ada waktu buat santai. Kita musti senang-senang dulu buat hari ini. Kita juga ada acarakan digedung ?” Kata Yurika.
“Ah, iya ya. Yuk yuk.” Kataku kembali.
Kami pun pergi ke gedung yang akan digunakan untuk ruang pertemuan seluruh siswa dan siswi SMA. Tapi tiba-tiba lagu What The Hell punya Avril bordering keras dari handphoneku. Siapa ini ? nomor yang tak dikenal !
“Hallo ?” Sapaku.
“Hallo ! ini Angelkan ?” Suara yang terdengar berapi-api berbicara dari seberang.
“I-iya. Ini siapa ya ?” Tanyaku.
“Ini Mamanya Yurika.”
Glek ! aku menelan air liurku dan seketika gugup total. Mau apa lagi ini ?! jangan tambah masalah dong tante !
“Eh, tante. Kenapa ya tante telepon saya ?” Tanyaku gugup.
“Kamu jangan dekat-dekat sama Yurika disana ! kamu cuma membawa dampak buruk ! tante sudah dengar semua tentang kamu ! pokoknya inti dari semua ini jangan dekat-dekat lagi dengan Yurika ! dengar kamu ?” Marah Mama Yurika.
“Tapi tanteeee….”
“Tidak ada tapi-tapian Angel !”
Tut tut tut.. Mama Yurika langsung mematikan telponnya. Seketika aku menatap Yurika dan berlari menjauh darinya. Dia bingung bukan kepalang. Tapi ini semua mau Mamanya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Dan malam pun tiba. Aku segera ke gedung tanpa Yurika. Aku kebelakang panggung dan lihatlah apa yang terjadi.
“Mari kita sambut penampilan dari Ghina Angela !” Kata pembawa acara. Semuanya pun bersorak.
“Wish me luck !” Kataku didalam hati.
Mulailah suara serak basahku bernyanyi lagu Pink yang berjudul F****n Perfect.

Saya tidak tahu mengapa saya ingin sekali menyanyikan lagu ini. Mungkin lagu ini sama dengan kondisi saya sekarang. Lirik yang membangun dan membuat saya lebih tenang juga kuat.

Prokprokprok. Tepuk tangan terdengar begitu meriah setelah aku selesai bernyanyi. Tapi, saat itu aku langsung berlari dari luar gedung dan mengucapkan kata TERIMA KASIH. Sedangkan kondisi diluar sedang hujan dan aku tahu saat itu bisa membuat aku sakit bahkan terjatuh karena licinnya rerumputan yang aku lewati.
“AAAAAAAAAAAA ‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼” Teriakku kencang diatas sesuatu yang bisa dikatakan seperti tebing tetapi hujan berhasil mengalahkan teriakkanku.
“KENAPA HIDUPKU JADI GINI ?! KENAPA ? AAHHHH ‼‼” Teriakku kembali sambil menangis. Kemudian aku duduk sambil menjambak rambutku sendiri dan sambil berkata dalam hati ‘SABAR ANGEL !’.
“Angel.” Terdengar suara lembut dari belakangku dan hujan seperti berhenti, tetapi rupanya hujan bukan berhenti, orang di belakangku mempayungiku dengan paying berwarna pelangi cerah yang tidak mencerminkan hatiku sekarang. Aku menatap wajah orang itu dengan wajah lemah dan mata sayu. Bu Sarah !
“I-i-ibu…” Kataku pelan. Bu Sarah duduk disampingku.
“Angel, kenapa kamu ? kamu tidak seceria biasanya.”
“Apakah begitu bu ?” Tanyaku dan Bu Sarah mengangguk.
“Apa salah saya ? Apa saya tidak pantas untuk bahagia ?” Tanyaku sedih.
“Hei ! kenapa kamu berbicara seperti itu ! kamu begitu tolol untuk mengatakan itu.” Kata Bu Sarah sambil menepuk bahuku.
“Saya memang tolol bu. Saya tidak pantas dikatakan seorang yang baik. Semua orang beranggapan saya yang tidak benar. Membuat seseorang berubah derastis ke yang negatif. Ya itu saya.” Kataku terisak-isak.
“Angel ! dengarkan ibu ! semua orang tidak ada yang sempurna. Semua orang juga punya kesalahan yang tidak disukai orang disekitarnya. Tapi itu bukan berarti orang tersebut membuat orang negatif. Ya kan ?” kata Ibu Sarah.
“Tapi Bu. Lihat saja contohnya Mamanya Yurika, sahabat saya sendiri menyuruh saya menjauhi Yurika. Saya tidak sanggup.” Kataku curhat.
“Jadi itu yang membuatmu menjauh dariku ? menjauh karena usikkan orang tuaku ? sumpah itu gak adil banget !” kata Yurika tiba-tiba dari arah belakang bersama teman-temanku yang lain. Bahkan disana ada kakak-kakak kelasku yang ntah mereka tahu masalahku atau tidak.
“Ini adil buatmu Yurika. Aku hanya menuruti perkataan orang tuamu, aku tidak mau jadi perusak masa depanmu. Tapi, ini tidak cukup adil untukku. Kenapa harus aku ?” tanyaku pelan.
“Dengar ! kau tetap SAHABATKU ! walaupun orang tuaku tidak setuju dengan semua ini tapi kau tetap 2 kata untukku yaitu SAHABAT SEJATIKU !” kata Yurika sambil memelukku erat dan kami pun menangis bersama. Aku percaya, mereka yang dibelakangku terharu dengan ini semua. Tapi, itulah yang terjadi.
Aku pun diantar oleh teman-teman dan kakak-kakak kelasku ke tempatku menginap bersama Yurika. Aku naik ke atas tempat tidurku disudut ruangan. Aku naik kebagian atasnya karena tempat tidurku bertingkat.
“Tidak mau sharing bersama mereka ?” tanya Bu Sarah kepadaku sambil menunjuk segerombolan orang yang hampir tampak seperti semut dari atas sini dan mereka pun mendongakkan kepala mereka ke arahku.
“Boleh sih Bu, tapi saya sudah diatas begini, malas sekali turun kebawah lagi.” Kataku sambil nyengir.
“Turunlah kalau kamu mau sharing dengan mereka. Ibu tidak mau lihat kamu diatas. Ya ? ibu pergi dulu. Baik-baik ya kalian.” Kata Bu Sarah sambil pergi meninggalkan kami untuk sharing.
“Ya Bu.” Kata kami semua.
“Turun dek, abang mau menceritakan sesuatu.” Kata salah seorang laki-laki dari gerombolan kakak kelas.
“Eh, ya bang !” kataku sambil berhati-hati turun.
“Duduk sini. Kita sharing bareng.” Ucapnya kepadaku sambil menepuk ke suatu tempat yang harus kududuki. Aku pun mengangguk dan duduk di tempat yang di sarankan kepadaku.
“Abang mungkin lebih parah dari adek. Abang juga punya masalah yang berat. Tapi abang gak pernah menyerah karena abang yakin abang pasti bisa melakukannya.” Kata abang itu memulai bercerita tentang masalah-masalahnya yang bisa dia atasi.
“Hmm, tunggu dulu, nama abang siapa ya ? hehe.” Kataku.
“Heh ! masa gak kenal dengan abang yang keren abis ini ?” kata abang itu sambil melawak kecil.
“Wuuuuu !!” gemuruh anak satu ruangan terdengar ditelingaku tanda tidak setuju dengan perkataan orang itu.
“Iyalah.” Kataku menyerah.
“Nama abang Dewa. Salam kenal ok ?” perkenalan abang itu dimulai dengan menyodorkan tangannya yang berwarna tan kepadaku dan aku meraihnya.
“Hallo bang Dewa, namaku Angel. Salam kenal.” Kataku.
“Nama Angel dengan Dewa hampir sama ya. Cocok niiiii.” Kata salah satu anak menyeletuk tiba-tiba dari arah belakan. Aku meliriknya tajam dan akhirnya dia berhenti.
“Ops ! maaf.” Kata anak tersebut sambil menunduk menyesal. Aku hanya tersenyum padanya.
“Lanjut Bang ceritanya.” Kataku.
“Hmm, begini. Mana sih yang lebih parah ? aku atau kamu ?” Tanyanya. Aku terdiam.
“Aku baru-baru ini ditinggalkan ayahku. Dan tahukan sekarang bebanku ? aku harus menafkahi ibu dan adik-adikku sementara aku masih SMA. Justru masalah semakin rumit setelah 2 bulan setelah ayahku meninggal. Nilaiku anjlok dan aku sering dipanggil ke ruang guru karena banyaknya masalahku, bahkan aku pernah memohon kepada mereka untuk tidak memanggil ibuku karena aku takut ibuku mendapat serangan jantung tiba-tiba dan tidak sanggup mendengar tentang semua tentang tingkah burukku. Sejak saat itu, aku mencoba menjadi anak yang baik kembali. Aku tidak peduli kata orang apa tentangku yang terpenting sekarang aku bisa membahagiakan ibuku dan adik-adikku. Kamu lihat aku sekarang ? Ceria bukan ? hahahhahahahhahahah !” Cerita Bang Dewa panjang lebar dan diakhiri tertawanya yang lebar. Ya, memang Bang Dewa sangat terlihat ceria, nampak tidak ada beban yang dia hadapi. Padahal bebannya lebih berat dariku. Kenapa aku kalah dengannya ?
“Wah ! Abang hebat !” kataku takjub sambil bertepuk tangan ringan. Bang Dewa hanya nyengir mendengar perkataanku.
“Jadi, aku tidak boleh kalah dong dengan Abang ?” Tanyaku menyindir.
“Tentu !” katanya pasti.
“Ok ! akan aku tunjukkan kalau aku bisa….” Omonganku terpotong dengan celetukan anak yang tadi mengejekku.
“Jadi pacarnya Bang Dewa.” Kata anak itu keras. Semuanya menatap kepada anak itu dan kemudian tersenyum-senyum kepadaku dan Bang Dewa.
“Hei ! Asal banget ya omongannya !” kataku emosi.
“Hei !” Ucap Bang Dewa keras.
“Kamu suka ya sama Abang ? jujur deh jujur ! hahahahahha.” Ledek Bang Dewa kepadaku sambil menyolek-nyolek lenganku.
“Apaan sih ? Gak deh.” Kataku malu.
“Ayo deh jujur. Gak apa kok. Hahahahahahaha. Mukanya udah merah tuh. Malu ya ? ahahhahahahha.” Bang Dewa kembali meledekku.
“Gak deh sumpah !” Kataku sambil berdiri.
“Iya tahu. Kan bercanda yeeeeee……” katanya tersenyum. Aku hanya tersenyum kecut kepadanya.
“Heh. Udah dulu ya. Lebih baik sekarang kalian kembali ke kamar kalian. Sekarang udah larut. Besok kita masih banyak acara.” Kataku dan semua mengangguk setuju dan keluar dari kamarku dan Yurika dengan sopan.
“Bang !” Teriakku memanggil Bang Dewa yang paling terakhir keluarnya.
“Thank You ya.” Kataku sambil tersenyum. Bang Dewa pun membalas dengan senyumannya yang berarti sambil mengangguk dan berlalu.

“Besok aku mau telepon Mamaku !” Pekik Yurika tiba-tiba.
“Lohloh kenapa ? jangan bilang gara-gara masalah tadi ?” kataku curiga.
“Lah, tentu dong gara-gara masalah tadi.” Katanya.
“Jangan !” Cegatku.
“Hello Angel ! ini demi persahabatan kita. You know ? Kamu gak maukan dianggap buruk sama Mamaku ?” tanyanya.
“Iya aku tahu dan aku mau. Tapi bukan besok waktunya dan bukan lewat kamu. Lebih baik aku yang menunjukkan sendiri kepada orang tuamu dan orang tua yang lainnya kalau aku ini bukan seperti yang mereka pikirkan.” Celotehku panjang lebar kepada Yurika.
“Hahahha ! Itu baru SAHABAT SEJATIKU.” Kata Yurika lembut sambil memelukku. Dan kami pun beranjak tidur setelah kami berpelukkan.
Pagi yang indah pun datang dan itu waktunya pulang dengan cara tiba-tiba..
“Wes ! Pagi penggilaku.” Sapa Bang Dewa.
“Hah ? Penggila ?” Ucapku bingung sambil menepuk dahiku sendiri.
“Iya dong.” Kata Bang Dewa sambil memainkan matanya yang sipit.
“Hmm, gini gini ya Bang.” Kataku mencoba menjelaskan, “Aku bukan penggemar Abang apalagi penggila Abang. Itu gak mungkin banget Bang !”
“Ah, serius amat sih. Abangkan cuma becanda.” Katanya sambil nyengir dan aku pun melotot kepadanya.
“Kalian sudah beres-bereskan barang kalian ?” Tanya Bu Sarah tiba-tiba muncul dari belakang Bang Dewa.
“Eh, hari ini Bu pulangnya ? cepat banget !” kataku terkejut.
“Iya. Ada salah satu orang tua yang khawatir. Ya mau gimana lagi ?” Jelas Bu Sarah sambil mengangkat bahunya.
“Yah Ibu ! Belum puas nih kitanya. Outbond aja belum Bu.” Kata Yurika lemas.
“Iya Bu. Kenapa gak anak itu aja sih Bu yang pulang sendiri ?” Kataku.
“Tidak bisa nak. Jika satu anak pulang, semuanya harus pulang.” Kata Bu Sarah.
“Loh kok gitu Bu ?” Tanya Bang Dewa.
“Karena itu sudah menjadi ketentuannya, jadi Ibu hanya mematuhi peraturan yang ada.” Jelas Bu Sarah.
“Ibu sih taat banget sama peraturan. Hahahhaha.” Celetuk Bang Dewa dan Bu Sarah hanya membalas dengan melotot tajam ke arah Bang Dewa.
“Maaf Bu.” Kata Bang Dewa menunduk dan aku hanya tertawa kecil melihat tingkahnya.
“Sudah-sudah ! lebih baik kalian berkemas-kemas. Karena bus akan menjemput tepat jam 9 pagi ini. Jangan ada satu pun yang ketinggalan dan jangan lupa bereskan dulu kamar kalian. Ok ?” Perintah Bu Sarah.
“Oke Ibu Cantikkkkkkkk.” Kataku, Yurika dan Bang Dewa kompak. Bu Sarah hanya mengeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kami.
Sesudah mengemas semua barang yang dibawa, mereka pun pulang.
“Yurika, nanti aku mau mampir kerumahmu sebentar ya.” Kataku tersenyum.
“Heh ? Gak pulang kerumah dulu ? Kan capek Ngel.” Kata Yurika.
“Gak apa-apa kok. Aku mau bicara sama Mamamu.” Terangku sambil tersenyum.
“Jangan-jangan mau bicara soal…..” Yurika berhenti berbicara dan kemudian tersenyum nyengir.
“Tahukan ? Tahu ? Haha.” Kataku sambil tertawa.
“Bagusss. Anda sangat pemberani ! Salut !” Kata Yurika sambil mengacungkan kedua jempolnya.
“Hehehe. Kita musti berani dong menghadapi kenyataan, resiko, dan berani buat bertindak. Sok banget ya omongan aku. Hahaha.” Ucapku panjang lebar.
“Ah, emang sok banget. Hahaha.” Yurika tertawa.
Beberapa jam kemudian.
“Kita sudah mau sampai. Siapa duluan ini yang turun ?” Tanya Bu Sarah. Aku dan Yurika mengangkat tangan.
“Yurika dan …” Bu Sarah berhenti dan kemudian melanjutkan, “ Angel ? Rumahmukan masih jauh nak.”
“Hehehe. Gak apalah Bu. Kangen dengan Mamanya Yurika.” Terangku nyengir.
“Heh ? Kangen dengan Mamanya Yurika ?” Bu Sarah kebingungan dengan ucapanku dan aku hanya tertawa melihatnya kebingungan sendiri.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai ke rumah Yurika. Dan disambut oleh Mama Yurika dengan senangnya. Tapi, ketika Yurika dan Angel turun dari bis…
“Angel ?! Kamu ?!” Muka Mama Yurika sudah terlihat masam.
“Hallo, Tante.” Dengan santai aku melangkah ke halaman rumah Yurika.
“Tante sudah bilangkan jangan berteman lagi dengan Yurika !” Mama Yurika marah.
“Lah, kenapa Tante marah-marah ? yang berteman dengan akukan Yurika, Tante. Yang merasakan aku jahat atau gakkan Yurika juga, Tante. Apa hak Tante buat kami pisah dan gak bersahabat lagi ? Tanya dong Tante, Yurikanya masih mau gak berteman dengan aku ?” Aku berbicara ala orang dewasa dan dengan santainya berbicara pedas kehadapan Mamanya Yurika. Tapi, kata-kataku berhasil membuat Mama Yurika terdiam seketika. Hebat !
“Mamaku sayang. Angel itu baik banget lagi.” Terang Yurika, “Aku senang malah dapat sahabat kayak dia.”
“Ta-ta-tapi Yurika…” Mama Yurika mulai kewalahan sendiri.
“Tapia pa Ma ?” Tanya Yurika santai.
“Tapi, Mama dengar dia itu anaknya gak baik !” Mama Yurika ngotot.
“Itukan Mama baru dengar, Mamakan belum lihat tingkahnya Angel bagaimana. Itukan masih pendapat orang dan belum pendapat Mama.” Kata Yurika tersenyum.
“Oke ! Mama kalah. Tapi, Angel tolong tunjukkan ke Tante bahwa tingkah kamu baik.” Terang Mama Yurika.
“Oke Tante !” Aku tersenyum dan memberikan kedua jempolku kemudian tos dengan anaknya yang setia bersahabat denganku.

Terima kasih untuk Bang Dewa yang udah support diriku banget ! Dan terima kasih buat Mamanya Yurika yang udah baik banget karena udah izinkan aku bersahabat dengan anaknya lagi.

*NO COPAS PLEASE*

BY : YOLANDD :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comments:

Posting Komentar